Sabtu, 27 Maret 2010

Metode Ilmiah

--> METODE
Definisi Metode dalam kamus besar bahasa Indonesia, Metode adalah cara yang teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan, dsb) atau cara kerja
yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.

Menurut Peter R. Senn metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah sistematis. Dan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam
mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut.

Jadi, Metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai dan mengetahui maksud atau
tujuan yang telah ditentukan yang dengannya tujuan tersebut dapat dicapai dengan mudah.

--> METODE ILMIAH
Menurut KBBI adalah metode atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh
pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis.

Ilmuwan melakukan observasi serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan
fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan
eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi
suatu teori ilmiah.

Menurut Taqiyuddin an-Nabhani, dalam at-Tafkir: Ia menyebut metode ilmiah sama dengan
metode berpikir ilmiah.

Menurut Dictionary of Behavioral Science, Metode ilmiah adalah Tekhnik-tekhnik dan
prosedur-prosedur pengamatan dan percobaan yang menyelidiki alam yang dipergunakan oleh
ilmuawan-ilmuwan untuk mengolah fakta-fakta, data, dan penafsirannya sesuai dengan
asas-asas dan aturan-aturan tertentu.

Menurut Arturo Rosenblueth, “Metode ilmiah adalah suatu prosedur dan ukuran yang dipakai
oleh ilmuwan-ilmuwan dalam penyusunan dan pengembangan cabang pengetahuan khusus mereka”.

Menurut Penelitian, Metode ilmiah adalah suatu rangkaian aktivitas mengandung prosedur
tertentu, yakni serangkaian cara dan langkah tertib yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian
cara dan langkah ini dalam dunia ke ilmuan disebut metode. Dan untuk menegaskan bidang ke
ilmuan itu seringkali dipakai istilah metode ilmiah (scientific method).

Jadi, Metode Ilmiah adalah proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis
berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan observasi serta membentuk hipotesis dalam
usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis
tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali,
hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.

--> LANGKAH-LANGKAH METODE ILMIAH

James B. Conant memberikan rumusan metode ilmiah menjadi delapan langkah, yaitu :
a. Kenali bahwa terdapat suatu situasi yang sifatnya ”tak menentu” (unpredictable),
sehingga merupakan suatu situasi bertentangan atau kabur yang mengharuskan penyelidikan.

b. Nyatakan masalah itu dalam istilah spesifik

c. Rumuskan suatu hipotesis kerja

d. Rancang suatu metode penyelidikan yang terkendalikan dengan jalan pengamatan atau
dengan jalan percobaan ataupun kedua-duanya

e. Kumpulkan dan catat bahan pembuktian atau data ‘kasar’.

f. Alihkan data kasar ini menjadi suatu pernyataan yang mempunyai makna dan kepentingan.

g. Tibalah pada suatu penegasan yang tampak dapat dipertanggungjawabkan. Kalau penegasan
itu betul, ramalan-ramalan dapat dibuat darinya.

h. Satu padukan penegasan yang dapat dipertanggungjawabkan itu, kalau terbukti merupakan
pengetahuan baru dalam ilmu, dengan kumpulan pengetahuan yang telah mapan.

--> Kelemahan-kelemahan dari Metode Berpikir Ilmiah

Kelemahan metode ilmiah dapat kita lihat dari segi cakupan atau jangkauan dari kajiannya,
asumsi yang melandasinya, dan kesimpulannya bersifat relatif. Dengan penjelasan sebagai
berikut:

a. Metode ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada pengkajian objek-objek
material yang dapat di indera.

b. Metode ilmiah mengasumsikan adanya penghapusan seluruh informasi
sebelumnya tentang objek yang akan dikaji, dan mengabaikan keberadaannya,
kemudian memulai pengamatan dan percobaan atas materi.

c. Kesimpulan yang didapat ini adalah bersifat spekulatif atau tidak pasti (dugaan).


Kelemahan-kelemahan yang ada pada metode ilmiah ini juga diungkapkan dalam literatur lain. Dikatakan, bahwa “…Pertama-tama ilmu menyadari bahwa masalah yang dihadapinya adalah masalah yang bersifat konkrit yang terdapat dalam dunia fisik yang nyata. Secara ontologi, ilmu membatasi dirinya pada pengkajian yang berada pada ruang lingkup pengalaman manusia. Hal inilah yang memisahkan antara ilmu dan agama…perbedaan antara lingkup permasalahan yang dihadapinya juga menyebabkan berbedanya metode dalam
Metode ilmiah tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak termasuk ke dalam kelompok ilmu…demikian juga halnya dengan bidang sastra yang termasuk dalam memecahkan masalah tersebut. Humaniora yang jelas tidak mempergunakan metode ilmiah dalam penyusunan tubuh pengetahuaannya”.
Menurut Muhammad Abdurrahman dalam at-Tafkeer metode ilmiah adalah
“metode ilmiah tidak bisa diterapkan pada ilmu yang termasuk dalam humaniora…..”,
hal ini dikarenakan bidang-bidang yang termasuk ke dalam humaniora tidak membahas perkara-perkara fisik yang dapat diukur dan diujicobakan. Meskipun demikian, beberapa aspek pengetahuan tersebut dapat menerapkan metode ilmiah dalam pengkajiaannya, misalnya saja aspek pengajaran bahasa sastra dan metematika. Dalam hal ini masalah tersebut dapat dimasukkan ke dalam disiplin ilmu pendidikan yang mengkaji secara ilmiah berbagai aspek proses belajar-mengajar.

--> Unsur Metode Ilmiah
Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:

1. Karakterisasi (observasi dan pengukuran)
2. Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil observasi dan
pengukuran)
3. Prediksi (deduksi logis dari hipotesis)
4. Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas)

--> Contoh Metode Ilmiah
Setiap langkah diilustrasikan dengan contoh dari penemuan struktur yaitu :
1. Karakterisasi
2. Hipotesis
3. Prediksi
4. Eksperimen

Keterangannya :
1. Karakterisasi
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam
proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang
dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses
penentuan (definisi) dan observasi. Observasi yang dimaksud seringkali memerlukan
pengukuran dan perhitungan yang cermat.

Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti labora
torium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi
seperti bintang atau populasi manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan
ilmiah khusus seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu
bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil
pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk
grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan
regresi.

2. Hopotesis
Hipotesis yang berguna akan memungkinkan prediksi berdasarkan deduksi. Prediksi
tersebut mungkin meramalkan hasil suatu eksperimen dalam laboratorium atau observasi
suatu fenomena di alam. Prediksi tersebut dapat pula bersifat statistik dan hanya
berupa probabilitas.

3. Eksperimen
Hasil eksperimen tidak pernah dapat membenarkan suatu hipotesis, melainkan meningkatkan
probabilitas kebenaran hipotesis tersebut. Hasil eksperimen secara mutlak bisa
menyalahkan suatu hipotesis bila hasil eksperimen tersebut bertentangan dengan prediksi
dari hipotesis.

4. Evaluasi dan pengulangan
Proses ilmiah merupakan suatu proses yang iteratif, yaitu berulang. Pada langkah yang
manapun, seorang ilmuwan mungkin saja mengulangi langkah yang lebih awal karena
pertimbangan tertentu. Ketidakberhasilan untuk membentuk hipotesis yang menarik dapat
membuat ilmuwan mempertimbangkan ulang subjek yang sedang dipelajari

Minggu, 21 Maret 2010

Hakikat Karya Ilmiah

> Pengertian Karya Ilmiah

Karya ilmiah merupakan karya tulis yang berisi untuk memaparkan suatu pembahasan secara
ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti untuk
memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para
pembaca.

Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu hal dan untuk
membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan.

Istilah karya ilmiah mengacu kepada karya tulis yang menyusun dan penyajiannya didasarkan
pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Di lihat dari panjang pendeknya atau kedalaman
uraiaan, karya tulis ilmiah dibedakan atas makalah (paper) dan laporan penelitian. Dalam
penulisan, baik makalah maupun laporan penelitian, didasarkan pada kajian ilmiah dan cara
kerja ilmiah.
Menurut Finoza dalam Alamsyah (2008 : 98), Karangan dapat diklasifikasikan menurut bobot
isinya atas 3 jenis, yaitu

1. Karangan Ilmiah
2. Karangan Semi Ilmiah atau Ilmiah Populer
3. Karangan Non Ilmiah.

> Yang tergolong ke dalam Karangan Ilmiah adalah
1. Makalah
2. Laporan
3. Skripsi
4. Tesis

> Yang tergolong karangan semi ilmiah adalah
1. Artikel
2. Editorial
3. Opini
4. Feuture
5. Reportase

> Yang tergolong dalam karangan non ilmiah adalah
1. Aanekdot
2. Opini
3. Dongeng
4. Hikayat
5. Cerpen
6. Novel
7. Roman
8. Naskah drama.

Ketiga jenis karangan tersebut memiliki karektiristik yang berbeda.
Karangan ilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode
dan penggunaan bahasa.
Sedangkan karangan non ilmiah adalah karangan yang tidak terikat pada karangan baku.
Sedangkan karangan semi ilmiah berada diantara keduanya.

Sementara itu, menurut Yamilah dan Samsoerizal (1994 : 90) memaparkan bahwa ragam karya
ilmiah terdiri atas beberapa jenis berdasarkan fungsinya. Menurut pengelompokan itu ,
dikenal ragam karya ilmiah yaitu
1. Makalah
2. Skripsi
3. Tesi
4. Disertasi.

> Ciri-Ciri Karya Ilmiah
Karangan ilmiah adalah karangan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang
dikomunikasikan melalui bahasa tulis yang formal dengan sistematis-methodis.

Karangan ilmiah bersifat sistematis dan tidak emosional. Dalam karya ilmiah disajikan
kebenaran fakta.

Ciri-ciri karya ilmiah menurut Alamsyah (2008 : 99) adalah
1) Merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif ).
Artinya, faktanya sesuai dengan yang diteliti

2) Bersifat methodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan
metode tertentu dengan langkah langkah yang teratur dan terkontrol secara tertip dan rapi

3) Tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah. Artinya, laras bahasa ilmiah harus baku dan
formal. Selain itu laras ilmiah harus lugas agar tidak ambigu (ganda).

> Macam-macam Karya Ilmiah
1. Artikel ilmiah
Adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat di jurnal atau buku kumpulan
artikel, ditulis dengan tatacara ilmiah, dan disesuai dengan konvensi ilmiah yang
berlaku.

Artikel dapat dipilah menjadi dua yaitu
a) Artikel hasil penelitian
b) Artikel nonpenelitian.

2. Makalah ilmiah
Adalah karya tulis yang memuat hasil pemikiran mengenai masalah, disusun secara
sistematis dan runtut, dan disertai analisis yang logis dan objektif.

Makalah dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) makalah teknis
b) makalah nonteknis

3. Laporan Penelitian
Adalah karya tulis yang berisi paparan proses dan hasil penelitian


> Sikap Ilmiah

Menurut pendapat Istarani (2009 : 4) Penulis atau peneliti harus memiliki tujuh sikap ilmiah
berdasarkan yaitu

a) sikap ingin tahu
b) sikap kritis
c) sikap terbuka
d) sikap objektif
e) sikap menghargai karya orang lain
f) sikap berani mempertahankan kebenaran
g) sikap menjangkau ke depan.

> Kesalahan-Kesalahan yang dapat ditemukan dalam karya ilmiah yaitu
a) Kesalahan Tulis
Biasanya para penulis kurang memperhatikan keenaran dalam karya tulis. untuk itu
disarankan para penulis agar mengatasi kesalahan tulis yaitu sebagaib berikut ini :
1. Membedakan antara bahasa “tulis” dan “lisan/obrolan”.
2. Menyadari bahwa karya tulis merupakan karya ilmiah, tentunya semuanya bersandar pada
kaidah-kaidah yang disepakati umum.
3. Menyadari dalam bahasa yang ditulis, misalnya Bahasa Inggris tentunya tidak sama
dengan Bahasa Indonesia dalam banyak hal.

Alinea Baru
Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa P&K, 1992) cara penulisan kalimat baru dan baris baru, adalah dengan
alinea baru. Baris baru tidak lazim untuk suatu kalimat yang bukan alinea baru.

Kata Depan vs Awalan
Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa P&K, 1992) cara penulisan kata depan tidak sama dengan awalan. Secara
umum penulisan kata depan terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali gabungan kata yang
sudah lazim maka dianggap sebagai satu kata.

Macam kata depan antara lain: di, ke, dan dari. Namun demikian sering kita jumpai
kesalahan tulis dalam proposal maupun laporan penelitian.

Contoh kesalahan dapat dilihat pada kata bergaris bawah yaitu berikut ini :
1. Diatas sudah disebutkan (kata bergaris bawah adalah contoh salah).
Seharusnya kata Diatas itu dipisah yaitu “Di atas”. Begitu pula untuk kata lain yang
mengikuti kata depan di yaitu: bawah, sini, sana, samping, belakang, dan lain-lain.
2. Analisis penelitian ini mengarah keparametrik. Hasilnya akan dibawa kebelakang.
Seharusnya untuk kesalahan tersebut adalah“ke parametrik dan ke belakang”. Begitu pula
untuk kata lain yang mengikuti kata depan ke yaitu: bawah, sini, sana, samping,
belakang, dan lain-lain.

Tanda Baca
Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa P&K, 1992) tanda baca yang diatur antara lain ada lima belas macam.
Kesalahan tersebut antara lain seperti berikut ini :
1. Titik (.).
Deteksi yang bisa disarankan adalah bahwa setiap kalimat diakhiri dengan titik (.).
2. Tanda titik (.), koma (,), titik koma (;), titik dua (:)
Secara umum ditulis melekat kata sebelumnya, dan terpisah dengan kata yang
mengikutinya.
b) Kesalahan Bahasa

* Bahasa Tulis dan Lisan
Contoh kesalahan tulis yang mencantumkan bahasa “lisan” dalam seperti kata bergaris
bawah berikut :
1. Sehingga penulis berkesimpulan bahwa…. Saran untuk kesalahan tersebut adalah“oleh
karena…., maka…” (= kata “sehingga” jangan di awal kalimat, dalam bahasa tulisan).

2. Dan… penulis sudah simpulkan. Saran untuk kesalahan tersebut adalah tidak di awal
kalimat, karena “dan” merupakan kata sambung.

* Kata serapan dan kata asing
Contoh kesalahan yang sering muncul dalam penulisan proposal maupun laporan penelitian
dapat dilihat pada contoh-contoh berikut ini.
Sistim juga terdiri dari beberapa aktifitas. Seharusnya kata sisitim itu diganti
dengan kata “Sistem” dan “aktivitas”.

* Kesalahan Isi
Contoh dari kesalahan tersebut antara seperti berikut ini.
1. Dalam proposal, peneliti menuliskan tinjauan pustaka terlalu panjang, dan berisi
kajian kurang relevan dengan tema penelitian. Biasanya alasan yang dikemukan oleh
pembuat kesalahan agar proposal (penelitian) kelihatan tebal.
2. Dalam laporan penelitian (biasanya bab 2), peneliti menuliskan referensi yang tidak
berhubungan dengan judul penelitian, bahkan mengaburkan judul.

Contoh kasus yaitu :
Penelitian tentang “volume perdagangan saham” dengan isi di bab 2 (landasan teori)
tentang “hipotesis pasar efisien”.
Kesalahan demikian, tercermin dari ketidak-sinkronan tema dengan referensi yang dimuat.

* Kesalahan analisis
Contoh untuk kesalahan analisis yaitu :
1. Kasus atau data non parametrik dianalisis dengan parametrik.
2. Mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain, dianalisis hanya dengan
analisis “korelasi”.

* Kesalahan Penterjemahan Hasil Analisis
Kesalahan dalam menginterpretasikan hasil analisis bisa disebabkan banyak hal, antara
lain:

a) pengalaman peneliti yang kurang
b) kesalahan alat analisis yang digunakan
c) kesalahan merumuskan hipotesis.

* Kesalahan kesimpulan
Kesalahan kesimpulan bisa disebabkan oleh kesalahan alat analisis maupun kesalahan
interpretasi hasil analisis.
Contoh kesalahan kesimpulan yang sering terlihat antara lain seperti di bawah ini.
Hipotesis penelitian diterima, yang berarti bahwa akuntan…. . Seharusnya itu adalah
“Penelitian berhasil (tidak berhasil) menolak hipotesis nol, dengan demikian hipotesis
alternatif diterima (ditolak) atas dasar sampel penelitian ini.
Yang terpenting adalah dihubungkan dengan masalah (hipotesis).

Kamis, 11 Maret 2010

Penalaran induktif

Penalaran induksi adalah proses penalaran pada suatu keputusan, prinsip, atau sikap yang
bersifat umum dan khusus, berdasarkan pengamatan atas hal-hal yang
khusus.

* Proses induksi dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas jumlah gejala dengan
sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala
serupa.

Contoh :
Jika adaoksigen, manusia akan hidup.
Jika ada oksigen, hewan akan hidup.
Jika ada oksigen, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada oksigen mahkluk hidup akan hidup.

2. Analogi adalah suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu
gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial
yang bersamaan.

Contoh analogi :

Lina adalah lulusan Akademi Perawatan
Lina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Rina adalah lulusan Akademi Perawatan.
Oleh Sebab itu, Rina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

3. Hubungan Kausal : Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.

Macam-macam hubungan kausal :
1) Sebab- akibat.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.

2) Akibat – Sebab.
Doni terlambat ke kantor disebabkan ban mobil Doni bocor.

3) Akibat – Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di
rumah basah.

* Salar Nalar adalah gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru, atau
cacat.

* Jenis-jenis salah nalar yaitu :

♦ Deduksi yang salah : Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah atau
tidak memenuhi persyaratan.

Contoh :

Semua gelas akan pecah bila dipukul dengan batu.

♦ Generalisasi terlalu luas
Salah nalar ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang
dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.

Contoh :

Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.

♦ Pemilihan terbatas pada dua alternatif

Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan
jawaban yang ada.

Contoh :

Orang itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan tidak diketahui orang lain.

♦ Penyebab Salah Nalar

Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadinya
pergeseran maksud.

Contoh:

Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.

♦ Analogi yang Salah

Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan
anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain.

Contoh:

Juni walaupun lulusan Akademi Perawat tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.

♦ Argumentasi Bidik Orang

Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang
diembannya.

Contoh:

Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena petugas penyuluhannya
memiliki enam orang anak.

♦ Meniru-niru yang sudah ada

Salah nalar jenis ini berhubungan dengan anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita lakukan
kalau orang lain melakukan hal itu.

Contoh:

Dia bisa melakukan korupsi karena pejabat pemerintah melakukannya.

Selasa, 09 Maret 2010

Penalaran Deduktif

Pengertian Penalaran deduktif

Penalaran deduktif adalah sesuatu proses penalaran dari hal atau gejala yang umu menuju pada

gejala yang khusus.

Contoh :

Semua manusia akan mati ( premis mayor)

Ina adalah manusia ( premis minor)

Jadi, Ina akan mati (konklusi)

  • Pengertian Term

Term adalah sebuah kata atau kelompok kata yang menempati fungsi subjek (S) atau

predikat (P) dalam kalimat.

  • Jenis-jenis Term yaitu

Term Mayor

Term Mayor adalah predikat dalam kesimpulan. Term Mayor disebut juga “Premis Mayor

(proposisi universal) dan diletakkan sebagai premis pertama.

Term Minor

Term Minor adalah subyek dalam kesimpulan. Term minor disebut “Premis Minor” (proposisi

partikular) dan diletakkan sebagai premis kedua.

♦ Term Penengah

Term Penengah adalah predikat pada premis minor.

  • Penalaran deduktif di bagi menjadi 2 yaitu :

♦ Silogisme

♦ Entimem.

♦ Silogisme

  • Silogisme adalah penalaran yang formal.

Dalam kehidupan sehari-hari kita jarang menemukan penalaran bentuk ini.

Contoh :

Rina tidak menyukai kopi karena pahit sekali

Kalimat diatas dapat kita kembalikan pada bentuk formal, yaitu:

1. Rina tidak menyukai minuman kopi

2. Kopi minuman berasa pahit

3. Karena itu, Rina tidak menyukai kopi.

♦ Entimem

Pada dasarnya entimem adalah silogisme. Hanya saja, didalam entimem salah satu premisnya

dihilangkan/ tidak diucapkan karena telah sama-sama diketahui.

Contoh :

Rani terpilih sebagai pegawai teladan, oleh karena itu Rani berhak mendapatkan jabatan

manager.

Penalaran

• Pengertian Penalaran
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data
atau fakta yang ada/relevan sehingga memperoleh suatu kesimpulan yang logis. Fakta
atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar.

Menurut prosesnya, penalaran dibedakan menjadi dua yaitu :
• Penalaran induktif
Penalaran induksi adalah proses penalaran pada suatu keputusan, prinsip, atau sikap
yang bersifat umum dan khusus, beradasarkan pengamatan atas hal-hal yang khusus.

Proses induksi dapat dibedakan :
1. Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas jumlah gejala
dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian
dari gejala serupa.
2. Analogi adalah suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran
suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus lain yang memiliki
sifat-sifat esensial yang bersamaan.
3. Hubungan sebab akibat dalam penalaran dimulai dari pengamatan terhadap suatu
sebab yang diketahui.

• Penalaran deduktif
Penalaran deduktif adalah sesuatu proses penalaran dari hal atau gejala yang umum
menuju pada gejala yang khusus.

• Simbol dalam penalaran
Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud
penalaran akan berupa argumen.

• Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran

1. Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang yang
menyatakan sesuatu memang benar atau sesuatu yang memang salah.
2. Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi
semua premis harus benar yang meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun
material.
Formal yang dimaksud yaitu penalaran memiliki bentuk yang tepat dan diturunkan
dari aturan–aturan berpikir yang tepat.
Sedangkan Material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.


• Contoh Penalaran :

“Saya tidak menyukai gudeg karena manis sekali”

Kalimat diatas dapat kita kembalikan dalam bentuk formal, yaitu :
♦ Saya tidak menyukai masakan manis
♦ Gudeg masakan manis
♦ Karena itu, saya tidak menyukai gudeg.


• Pengertian Proposisi
Proposisi adalah kalimat logika yang berisi pernyataan tentang hubungan antara
dua term.

• Proposisi dibedakan atas yaitu :
♦ Jenis
♦ Kriteria

• Berdasarkan jenisnya dibedakan atas yaitu lingkaran dan disebut “Lingkaran Euler” :

1. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek sama dengan perangkat yang terdapat
dalam predikat.
2. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek menjadi bagian dari perangkat predikat.
3. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek berada diluar perangkat predikat.
Dengan kata lain, antara subjek predikat tidak terdapat relasi.
4. Sebagian perangkat yang tercakup dalam subjek berada di luar perangkat predikat.

• Jenis proposisi berdasarkan kriteria:

1. Berdasarkan bentuk : proposisi tunggal dan proposisi majemuk;
2. Berdasarkan sifatnya : proposisi kategorial dan proposisi kondisional;
3. Berdasarkan kualitas : proposisi posititif (afirmatif) dan proposisi negatif;
4. Berdasarkan kuantitas : proposisi umum (universal) dan proposisi khusus
(partikular).

• Bentuk-bentuk proposisi
Empat macam proposisi, yaitu

1. Proposisi umum-positif – proposisi A
2. Proposisi umum-negatif – proposisi E
3. Proposisi khusus-positif – proposisi I
4. Proposisi khusus-negatif – proposisi O


• Pengertian Term
Term adalah sebuah kata atau kelompok kata yang menempati fungsi subjek (S) atau
predikat (P) dalam kalimat.

• Jenis-jenis Term yaitu
♦ Term Mayor
Term Mayor adalah predikat dalam kesimpulan. Term Mayor disebut juga “Premis
Mayor” (proposisi universal) dan diletakkan sebagai premis pertama.

♦ Term Minor
Term Minor adalah subyek dalam kesimpulan. Term minor disebut “Premis Minor
(proposisi partikular) dan diletakkan sebagai premis kedua.

♦ Term Penengah
Term Penengah adalah predikat pada premis minor.