Senin, 26 April 2010

Hakikat Masalah Penilitian

Pengertian Penelitian

Penelitian adalah langkah sistematis dalam upaya memecahkan masalah. Penelitian merupakan penelaahan terkendali yang mengandung dua hal pokok yaitu logika berpikir dan data atau informasi yang dikumpulkan secara empiris (Sudjana, 2001).

Masalah Penelitian

Masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, atau kesenjangan antara teori dengan praktik, kesenjangan antara cita dengan realita, atau sesuatu yang memerlukan jawaban dan penjelasan. Tidak selamanya, masalah dapat menggambarkan kesenjangan, tapi terkadang juga merupakan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.

Kualifikasi Masalah

Setidaknya ada dua kualifikasi masalah yang baik, yakni mempunyai nilai penelitian dan layak untuk diteliti. Masalah itu harus memiliki nilai penelitian, yakni dapat diuji, orisinal, dan urgen untuk diteliti, serta dapat memberikan kontribusi terhadap pegembangan ilmu, kebijakan atau yang sebangsanya. Kemudian masalah juga harus didukung oleh data dan tidak ada kendala bagi peneliti untuk mengakses data tersebut dari sumber-sumber primernya

Macam-macam Masalah

- Masalah deskriptif biasanya digunakan untuk model-model penelitian variabel tunggal, atau beberapa variabel tapi tidak mengukur intercorelatioanlnya, dan peneliti bermaksud hanya mendeskripsikan masing-masing variabel tersebut, seperti, bagaimana sikap masyarakat terhadap kehadiran hypermarket di kota kabupaten ?, Apakah layanan staf front desk sudah memberikan kepuasan bagi pelangan ?.

- Model komparatif dikembangkan jika penelitian dilakukan untuk membandingkan satu atau lebih variabel dalam dua kelompok sampel. Seperti, Adakah perbedaan produktifitas pemasaran antara karyawan tetap dengan karyawan kontrak ? dan yang sebangsanya.

- Sedangkan model asosiatif dikembangkan untuk penelitian yang bertendensi untuk menjelaskan pengaruh atau hubungan antara dua variabel atau lebih, seperti apakah motivasi berhubungan dengan prestasi kerja ?, apakah sistem penggajian mempengaruhi prestasi kerja karyawan ?, dan yang sebangsanya.

Metode Menemukan Permasalahan Penelitian

Seperti telah dikemukakan didepan bahwa menentukan masalah adalah pekerjaan yang sangat penting. Permasalahan hendaknya memiliki dampak dimasa yang akan datang. Jika masalah yang akan diangkat ternyata tidak memiliki dampak dimasa mendatang, sebaiknya tidak perlu di angkat dalam karya ilmiah. Seperti pada Mahasiswa yang sering mengalami jalan buntu saat memikirkan masalah apa yang akan diungkap dalam karya ilmiahnya.
Ada beberapa cara untuk membantu menemukan permasalahan, diantaranya melalui
( a ) diskusi, ( b ) daya khayal dan ( c ) intuisi. Berikut ini ketiga cara tersebut yaitu :

a) Diskusi
Diskusi merupakan cara yang mudah dilakukan untuk menentukan permasalahan. Diskusi dapat dilakukan dengan teman atau penulis senior. Melalui diskusi dapat memberi berbagai alternatif pemecahan, yaitu :
1. Orang lain dapat melihat persoalan dari sisi lain sehingga memungkinkan memberi
ide-ide baru yang bermanfaat.
2. Dari berbagai pandangan peserta diskusi, dapat disintesikan menjadi suatu ide baru.
3. Melalui diskusi, masing-masing ide akan mendapat kritikan sehingga diperoleh ide
baru yang benar-benar solid.
4. Masalah yang ditemukan melalui diskusi benar-benar masalah yang sangat bermanfaat,
bukan merupakan permasalah peneliti sendiri.
5. Kemungkinan terjadi pengulangan permasalahan menjadi semakin kecil, karena telah
dicermati oleh orang banyak ( peserta diskusi ).

b) Menggunakan Potensi Daya Khayal
Pada situasi tertentu, terutama saat bebas dari pekerjaan fisik maupun mental yang cukup melelahkan, orang sering melanturkan pikiran ke arah di luar persoalan yang
sedang dihadapi. Proses ini tentunya akan menyerap energi yang sebenarnya dapat
dimanfaatkan untuk memecahkan masalah- masalah yang penting.
Pada waktu luang misalnya menjelang tidur sering pikiran diperbolehkan berkembang kemana-mana secara leluasa bahkan apa yang ada dalam pikiran adalah hal-hal yang sangat aneh ( sangat tidak mungkin ). Memanjakan pikiran secara leluasa ini dinamakan melamun. Melamun adalah aktifitas yang seharusnya dijauhi karena tidak akan menemukan pemecahan masalah maupun menemukan masalah dalam kontek penelitian .
Aktifitas otak yang mirip dengan melamun adalah daya khayal. Kedua aktifitas ini sebenarnya tidak sama, hanya orang sering menyamakan kedua pengertian tersebut. Kalau orang sedang memecahkan masalah, langkah-langkah yang lazim ditempuh adalah menghubung-hubungkan pengetahuan yang telah diperoleh melalui pengalaman praktek maupun melalui membaca buku yang relevan dengan persoalan yang sedang dihadapi. Namun demikian terkadang munculnya pemikiran untuk memecahkan masalah tanpa berdasarkan pengalaman yang telah diperoleh dimasa lalu. Orang dapat menghubungkan beberapa fenomena tanpa melalui tahap – tahap yang lazim. Kemampuan ini dinamakan kemampuan daya khayal. Tiap orang mempunyai day khayal tidak sama, tergantung sejauh mana mereka sering melatih. Kemampuan daya khayal juga dipengaruhi oleh pembawaan sejak lahir.
Potensi daya khayal dapat ditingkatkan dengan cara sering menggunakan daya khayal setiap akan memecahkan masalah apa saja atau saat mencari permasalahan penelitian. Dalam menggunakan daya khayal, coba bayangkan atau buat gambaran dalam pikiran tentang sesuatu yang berkaitan dengan apa yang diinginkan .
Dengan memiliki potensi daya khayal yang tinggi, dapat diterapkan potensi tersebut dalam mencari masalah penelitian. Daya khayal dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi dalam mencari permasalahan penelitian. Kecuali itu daya khayal dapat digunakan untuk merangsang penerapan hasil penelitian yang lebih tepat, sebab dengan memanfaatkan daya khayal seseorang dapat membayangkan implikasi-implikasi hasil penelitian. Daya khayal memungkinkan kita untuk menjelajah ke daerah yang belum kita kinal bersamaan dengan itu akal memeriksa temuan-temuan dengan lebih teliti .

c) Memanfaatkan Intuisi
Dalam memecahkan masalah atau mencari masalah penelitian, intuisi sangat besar manfaatnya. Istilah intuisi ada yang menyebut firasat atau ilham. Pengertian tersebut pada dasarnya sama yaitu suatu pengertian atau penjelasan yang datangnya secara tiba-tiba.
Terjadinya intuisi tidak tentu datangnya, maka sebaiknya jika kita mendapat intuisi, langsung dicatat. Sering terjadi timbulnya intuisi justru pada saat seseorang tidak memikirkan secara sadar mengenai masalah yang dihadapi. Sebagai contoh, yaitu peristiwa yang dialami oleh Archimedes. Waktu beliau sedang merendam diri dalam bak air, tiba-tiba ditemukan pemecahan masalah yang sedang dipikirkan yang dikenal “ hukum Archimedes “.
Intuisi dapat terjadi pada saat sedang tidur. Singer, penemu mesin jahit menemukan lubang jarum mesin jahit pada ujungnya ketika dia dalam tekanan yang sangat berat dari pihak yang memberi proyeknya. Dia bermimpi dikepung orang-orang liar yang menusuk – nusuk dengan tombak yang berlobang diujungnya.
Pada prinsipnya intuisi dapat timbul kapan saja, yaitu pada saat orang sedang berusaha memecahkan masalah atau beristirahat sebentar setelah berusaha dan mengalihkan pikiran ke hal-hal lain. Bagaimana cara memperoleh intuisi ? Ada beberapa cara untuk memperoleh intuisi yang dapat dimanfaatkan untuk menentukan permasalahan penelitian atau tujuan – tujuan lain, yaitu :
1. Pikirkan secara mendalam mengenai persoalan hingga pikiran kita jenuh. Dengan penjenuhan pikiran, akan memungkinkan bekerjanya pikiran bawah sadar.
2. Melepaskan diri dari semua persoalan atau gangguan yang selama ini dipikirkan. Persoalan keluarga, kekacauan pikiran, sangat mengganggu perolehan intuisi.
3. Gunakan waktu luang untuk benar-benar beristirahat setelah usaha keras dilakukan. Pekerjaan yang tidak membutuhkan usaha mental seperti mengerjakan hobi ( memancing, rekreasi ), berjalan-jalan, kerja fisik ringan sering membantu memperoleh intuisi.
4. Menciptakan rangsangan positif dengan melalui
( a ) diskusi, b ) membaca tulisan ilmiah ( hasil-hasil penelitian ), dan ( c )
membaca tulisan yang bertentangan dengan pandangan kita.

Secara substantif, masalah yang akan diangkat menjadi karya ilmiah dituntut memenuhi kriteria, antara lain :
1. Tepat waktu, yaitu masalah yang sedang hangat diperbincangkan saat ini.
2. Menjawab masalah praktis yang mendesak untuk dipecahkan.
3. Masalah yang diangkat berdampak luas dalam masyarakat.
4. Mempertajam konsep yang sudah ada.
5. Originalitas, yaitu masalahnya benar-benar baru.

Ditinjau dari tingkat urgensinya permasalahan dapat dikelompokkan menjadei tiga, yaitu:
1.Pseudo problem, yaitu masalah yang semu, artinya masalah tersebut masih pada taraf yang tidak begitu membahayakan bahkan jika tidak diatasi tidak begitu berdeampak negatif terhadap lingkungannya.
2. Actual problem, yaitu masalah yang dirasakan oleh kelompok tertentu dan jika tidak diatasi, kelompok tersebut merasa terganggu. Bentuk teknologi yang digunakan untuk mengatasi masalah yang dikategorikan actual problem tidak teknologi baru, tetapi orang lain di tempat berbeda mungkin sudah pernah mengetahui atau pernah melakukan pemecahannya.
3. Genuine problem, yaitu masalah yang benar-benar baru, artinya cara pemecahan masalah belum pernah dilakukan orang lain.
Dari ketiga kelompok tersebut sedapat mungkin dicari permasalahan yang genuine, jika tidak mampu mengatasi masalah yang sifatnya genuine problem, actual problem masih dapat di buat untuk karya ilmiah. Sedapat mungkin hindari masalah yang semu (problem).

Sumber-sumber yang bisa dijadikan acuan dalam mencari permasalahan antara lain:
1. Inventarisasi permasalahan di departemen-departemen yang biasa disebar ke
Bappeda/ Kanwil.
2. Permasalahan yang timbul melalui polemik surat kabar.
3. Permasalahan yang terlontar lewat jurnal-jurnal profesional.
4. Kristalisasi pengalaman pribadi di lapangan.
5. Saran-saran skripsi/ tesis yang dibuat orang lain.
6. Pengamatan
7. Kepustakaan yang relevan dgn studi kita
8. Mata kuliah yang kita programkan
9. Buku, dan abstrak
10. Seminar
11. Pakar, dan teman-teman

Ciri-ciri masalah yang baik dalam Penelitian
- Topik yg dipilih sangat menarik
- Pemecahan masalah mempunyai kontribusi dalam labangan pekerjaan atau bidang
tertentu
- Merupakan hal baru
- Mengundangan rancangan yang kompleks
- Dapat diselesaikan dlm waktu yg diinginkan
- Tidak bertentangan dengan moral

Rumusan masalah yang baik dalam Penelitian
- Didukung oleh latar belakang masalah dan pejelasan mengenai pentingnya masalah
diteliti
- Memuat variabel-variabel dan kaitan antar variabel yg mjd perhatian peneliti
- Memberikan penjelasan atau definisi setiap variabel (konseptual & operasional)

CONTOH:

1. Apakah ada pengaruh penggunaan kalkulator terhadap hasil belajar matematika siswa
SD?
2. Apakah ada hubungan positif antara kemampuan spatial dengan hasil belajar geometri
siswa SMP?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diberi metode
PS dengan yang tidak?

Senin, 05 April 2010

Pra Penulisan Karya Ilmiah

-> Kerangka Penyusunan Karya ilmiah
Kerangka karya ilmiah terdiri dari:
1. Judul
2. Lembar Pengesahan
3. Abstrak/Ringkasan
4. Kata Pengantar
5. Daftar Isi
6. Daftar Tabel
7. Daftar Gambar
8. Daftar Lampiran
9. Daftar Istilah dan atau Daftar Singkatan ( kalau ada )
10.BAB I Pendahuluan ( latar belakang, identifikasi masalah, maksud dan tujuan,
kegunaan penelitian, kerangka pemikiran)
11.BAB II Tinjauan Pustaka
12.BAB III Bahan dan Metode Penelitian (bentuk penelitian, subjek penelitian, ukuran

sampel, definisi operasional, variabel penelitian, prosedur penelitian, cara
pemeriksaan/pengukuran, analisis data, tempat dan waktu penelitian, jadwal
penelitian, alur penelitian)
13.BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
14.BAB V Kesimpulan dan Saran
15.Daftar Pustaka
16.Lampiran

-> Teknik Penyusunan Karya ilmiah

Dalam penyusunan karya ilmiah terdapat lima tahap antara lain.
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pengumpulan data.
3. Tahap Pengorganisasian.
4. Tahap Pemeriksaan/ penyunting konsep.
5. Tahap Penyajian
1. Tahap Persiapan.
Dalam tahap persiapan dilakukan:
a. Pemilihan masalah atau topik dan mempertimbangkan
i. Topik yang akan di pilih harus yang ada di sekitar penulis.
ii. Topik yang di pakai harus topik yang paling menarik dari topik yangada.
iii. Pembahasan harus terpusat pada segi lingkup sempit dan terbatas.
iv. Memilki data dan fakta yang obyektif dan mencukupi.
v. Harus diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya meskipun sedikit.
vi. Harus memiliki sumber acuan atau bahan kepustakaan yang bisa
dijadikan referensi.

b. Pembatasan topik atau penentuan judul
i. Pembatasan topik harus dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah dilakukan.
ii. Penentuan judul dapat dilakukan sebelum penulisn karya ilmiah atau
setelah selesai penulisan karya ilimiah tersebut.
iii. Penentuan judul karya ilmiah harus dapat menjawab dari pertanyaan yang
mengandung unsur 4W + 1H yakni what (apa), why (kenapa), who (siapa),
where (dimana) dan how (bagaimana).

c. Pembuatan kerangka karangan (outline)
i. Membimbing untuk memulai menyusun kerangka karangan.
ii. Membuat pedoman penulisan karya ilmiah sehingga tidak menjadi tumpang tindih
dalam penulisannya.
iii. Pembuatanrencana daftar isi dari karya ilmiah.

2. Tahap penulisan data
a. Pencarian keterangan dari bhn bacaan atau referensi.
b. Pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang akan
dijadikan tema dalam karya ilmiah.
c. Pengamatan langsung (observasi) ke obyek yang akan diteliti dan dijadikan tema
dari karya ilmiah.
d. Melakukan percobaan dilabolatorium atau pengujian data di lapangan.

3. Tahap Pengorganisasian dan pengkonsepan
a. Pengelompokan bahan untuk mengorganisasikan bagian mana yang akan
temasuk dalam karya ilmiah, data yang telah terkumpul diseleksi kembali dan
dikelompokan sesuai jenis, sifat dan bentuk data.
b. Pengkonsepan karya ilmiah dilakuakn sesuai dengan urutan dalam kerangka
karangan yang telah ditetapkan.

4. Tahap pemeriksaan atau penyuntingan konsep (editing), tahap ini bertujuan untuk :
a. Melengkapi data yang dirasa masih kurang.
b. Membuang dan mengedit data yang dirasa tidak relevan serta tidak cocok dengan
pokok bahasan karya ilmiah.
c. Mengedit setiap kata-kata dalam karya ilmiah untuk menghindari penyajian bahan-
bahan secara berulang-ulang atau terjadi tumpang tindih antara tulisan satu
dengan tulisan yang lain.
d. Mengedit setiap bahasa yang ada dalam karya ilmiah untuk menghindari
pemakaian bahasa yang kurang efektif, contoh dalam penyusunan dan pemilihan
kata,penyesuaian kalimat, penyesuaian paragraph, maupun penerapan kaidah ejaan
sesuai EYD.

5. Tahap Penyajian
a. Teknik penyajian karya ilmiah harus dengan memperhatikan :
i. Segi kerapian dan kebersihan.
ii. Tata letak (layout) unsure-unsur dalam format karya ilmiah, misal
pada halaman pembuka, halaman judul, daftar isi, daftar tabel, daftar
grafik, daftar gambar,daftar pustaka, dll.
iii. Memakai standar yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah, missal standar
penulisan kutipan, catatan kaki, daftar pustaka dan penggunaan bahasa
sesuai dengan EYD.

-> BAB III PENUTUP
Disemua uraian penutup yang dimuat dalam makalah ini, terdapat beberapa hal yang harus dicermati. Pertama , sebuah karya ilmiah sebagai mana dalam makalah ini adalah suatu pemikiran yang utuh. Karya tersebut merupakan sebuah gagasan lengkap, yang mungkin sangat rumit atau sederhana saja. Dalam menulis karya ilmiah, seorang penulis diharapkan mampu untuk mengkomunikasikan temuan atau gagasan ilmiahnya secara lengkap dan gambling agar mudah dipahami. Kedua, menulis karya ilmiah berbeda dengan karya imajinatif. Persiapan yang seksama dan pemikiran yang matang dan runtut perlu diperhatikan. Ketiga, dalam menyampaikan pemikirannya, penulis tidak mungkin mengabaikan perkembangan yang terjadi di sekitarnya, khususnya yang terjadi dalam bidang keilmuannya sendiri. Keempat, sarana utama dalam menyusun dan menyampaikan pemikiran adalah bahasa,. Bahasa sebuah sistem komunikasi memiliki aturan- aturan sendiri sekalipun sistem itu terus berkembang. Terakhir adalah masalah tanggung jawab, sekalipun kata ini tidak banyak muncul dalam buku ini, tulisan-tulisan yang ada mengajak pembaca untuk menyadari bahwa seorang penulis mempunyai berbagai tanggung jawab.
Dalam menulis kerangka tulisan ilmiah yang perlu diperhatikan adalah bagian-bagian dalam tulisan ilmiah, terutama dalam jurnal ilmiah antara lain, judul tulisan, nama dan alamat penulis, abstrak, pengantar, permasalahan penelitian, bahan dan cara penelitian, hasil, pembahasan, kesimpulan, ucapan terima kasih, dan daftar putaka.