Pagi itu, Ayah dan Ibu mengajak Sisi berlibur kerumah sahabat Ayah di Bandung. Mereka naik mobil pribadi. Sisi belum pernah bertemu dan berkenalan secara langsung dengan sahabat Ayah dan keluarga. Sahabat Ayah bernama Hadi. Ayah sering sekali bercerita tentang Om Hadi.
Dulunya Ayah dan Om Hadi adalah sahabat semasa SMA. Semasa SMA, mereka merupakan anak yang berprestasi dan anak teladan disekolahnya. Dikelasnya, Om Hadi lebih unggul dari Ayah. Sisi sangat salut pada Ayah dan Om Hadi karena mereka bersaing secara sehat dalam setiap kesempatan. Kata Ayah, Om Hadi itu orangnya selalu semangat, tidak pernah putus asa. Walupun orang tuanya tidak mampu, Om Hadi tidak pernah minder dari teman-temanya.
Om Hadi selalu membantu teman-temannya untuk mengajarkan pelajaran yang sulit yang diberikan ibu atau bapak guru. Om Hadi juga mendapatkan beasiswa dari sekolahnya. Om Hadi juga sangat pekerja keras. Tiap hari sepulang sekolah Om Hadi membantu Orangtuanya.
Sisi sering mendengarkan cerita Ayah mengenai sahabatnya, oleh karena itu Sisi langsung mengiyakan ajakan Ayah dan Ibunya untuk berkunjung kerumah Om Hadi. Sisi sangat tertarik ingin secepatnya bertemu Om Hadi.
Perjalanan ke rumah Om Hadi cukup jauh menempuh waktu ±3 jam . Udara pun dingin sekali, membuat Sisi mengantuk. “Sisi tidur dulu ya, Yah, ”kata Sisi sambil menguap dan membaringkan tubuhnya dikursi mobil. Ayah dan Ibu hanya tersenyum melihat Sisi tertidur dengan lelap. Ayah pun fokus menyetir mobilnya. Ibu membaca majalah.
Waktu terus berlalu, mereka sampai dirumah Om Hadi.
Ibu membangunkan Sisi dari tidurnya. “Si, ayo bangun!!! Kita sudah sampai sambil menepuk-nepuk badan Sisi.
Sisi terbangun perlahan-lahan sambil mengucek-ngucek matanya. Kita sudah sampai ya Yah”, jawab Sisi.
“ngantuk sekali ya, Si?”,tanya Ayah.
“Ia Sisi nagantuk banget! Habisnya rumah Om Hadi jauh”, jawab Sisi.
Mereka bergegas turun dari mobil.
Keluarga Om Hadi menyambut mereka dengan penuh hangat. “Mari masuk, kita mengobrol-ngobrol di dalam. Keluarga Om Hadi mempersilahkan Ayah, Ibu dan Sisi masuk kerumahnya dan mempersilahkan mereka duduk di ruang tamu.
“Ini pasti Sisi?”, tanya Om Hadi.
“Ia Om, saya Doni”, jawab Sisi.
“Sisi kuliah jurusan apa?”
“Sisi kuliah jurusan Manajemen Informasi.”
“Kalau anak Om, dua-duanya sudah bekerja, Si.”
Om Hadi memperkenalkan istri dan anaknya. Dengan malu-malu salah satu anak Om Hadi memperkenalkan diri.
“Hai Sisi, namaku Doni”.
“Hai, salam kenal”, jawab Sisi.
Had, Fiki mana?”, tanya Ayah.
“Oh, Fiki kerja di Yogyakarta”, jawab Om Hadi.
“Don, ajak Sisi jalan-jalan dan lihat pemandangan sana!”
“Baik Ayah!”, jawab Doni. “Si, kamu jalan-jalan bersama Doni ya?”, tanya Om Hadi.
“Sudah sana Si, kamu ikut Doni jalan-jalan lihat pemandangan perkebunan?”. Sisi pun mengiyakan ajakan dari Om Hadi dan Ayahnya untuk ikut jalan-jalan bersama Doni.
Ayah dan Om Hadi dengan asyik mengobrol dan mengenang semasa SMA dulu. Maklum, mereka sudah lama tidak bertemu. Sementara Ibu dan istri Om Hadi sibuk di dapur mempersiapkan hidangan makan siang.
Sebenarnya Doni mengajak Sisi ke perkebunan strawberry milik Ayahnya. Doni sengaja tidak memberitahukan Sisi. Untuk sampai di Perkebunan strawberry, mereka harus berjalan kaki dan menempuh jarak berkilo meter. Jalannya juga masih tanah merah, banyak berbatuan dan curam sekali.
Selama perjalanan, Sisi terus menanyakan tempat yang mereka ingin kunjungi pada Doni. Mereka terus berjalan kaki. Tetapi karena Doni tetap bersikeras tidak memberitahukan Sisi kemana mereka pergi.
Sisi bertanya lagi “Sebenarnya Kita mau kemana sih?” jawab Sisi.
“Udah ikut saja, tempatnya asyik dan Sisi pasti suka”, jawab Doni.
Perasaan Sisi tidak karuan, cemas dan takut karena Doni mengajak ketempat yang Sisi tidak tahu.
Dengan terbata-bata, Sisi menanyakan “Doni, tidak akan berbuat macam-macam ke Sisi kan?”
“Uh, sembarangan saja ngomongnya!”, jawab Doni.
“Kalau gitu bilang dong Kita mau kemana?”, tanya Sisi.
“Udah sih kamu jangan banyak tanya melulu!!!”, jawab Doni dengan kesal.
Sisi terdiam dan menangis mendengarkan gertakan dari Doni.
Melihat Sisi terdiam dan menangis. Doni menyesal dan meminta maaf kepada Sisi. “Sudah jangan nangis lagi dan maafin Doni ya Si? sambil menghapuskan air mata di pipi Sisi,“.
“Ya, Sisi sudah maafin Doni!”
Perjalanan pun dilanjutkan. Pelan-pelan mereka lewati, jalan setapak demi setapak.
Tiba-tiba, terdengar suara gubrak!!!. “Auw, sakit banget!!!”, Sisi berkata. Mendengar Sisi kesakitan, Doni bergegas menolong Sisi dan mengangkat Sisi untuk berdiri dari jatuhnya. Tetapi karena kaki Sisi terkilir, Sisi tidak dapat berdiri. “makanya hati-hati, Si!”.
Sambil menahan rasa sakit, sisi menjawab pertanyaan dari Doni, “Ya, Aku lebih hati-hati lagi!”.
“Ya udah sekarang luruskan kakinya, sini Doni urutin kakinya. Doni berusaha mengurutkan kaki Sisi yang terkilir.
“Auw, sakit banget!!! Pelan-pelan Don urutnya.”
“Tahan sakitnya Si! Mau sembuh nggak?”
“Ya maulah, tapi pelan-pelan dong!”, jawab Sisi.
Melihat kondisi Sisi seperti itu, Doni menyesal telah mengajak Sisi ke tempat perkebunan milik Ayahnya.
“Si, lebih baik kita pulang saja dan Doni minta maaf gara-gara Doni kaki Sisi jadi terkilir dan terluka bahkan tadi Doni telah membuat Sisi menangis”.
Tetapi sisi menolaknya. “Bukan gara-gara Doni kaki Sisi terkilir! Ini salah Sisi yang kurang hati-hati!”
“Tapi, Si?”
“Sudah Doni jangan merasa bersalah seperti itu! Lagian juga kaki Sisi sudah mendingan setelah diurut sama Doni.”
Setelah Sisi merasa sudah mendingan, mereka melanjutkan perjalanan. Doni memutuskan untuk menggendong Sisi. Selama perjalanan, Doni hanya menyesali perbuatannya. Sementara Sisi menahan saki kaki kirinya yang terkirir.
“Si, kita sudah sampai di perkebunan strawberry milik Ayahku. Ayahku sering loh bercerita tentang Ayahmu. Kata Ayahku, Om Harry itu orangnya baik, sering bantu Ayahku semasa SMA dulu. Ayahku juga banyak hutang budi sama Ayah Sisi. Ayahku juga bercerita bahwa Om Harry punya anak perempuan yang bernama Sisi dan anaknya itu sangat menyukai strawberry. Setelah Doni tahu kalau Om Harry dan keluarga akan datang berlibur kerumah Doni, Doni sangat senang sekali dan bergegas membuat kejutan untuk Sisi. Kejutannya yaitu Doni akan mengajak Sisi ke perkebunan strawberry dan kerumah pohon buatan Doni sendiri. Maka dari itu, Doni sengaja tidak memberitahu Sisi tujuan kita mau kemana karena Doni telah menyiapkan kejutan ini semua untuk Sisi. Tapi, bukan kejutan yang Sisi dapat melainkan gara-gara Doni Sisi ketakutan, nangis bahkan kaki kiri Sisi terkirir dan terluka akibat terjatuh dijalan setapak tadi. Maafin…maafin…maafin Doni ya, Si?” Panjang lebar Doni menjelaskan dan menyesali perbuataannya itu.
Sisi terdiam, dan terharu mendengar kata-kata dan penyesalan Doni. Sampai-sampai Sisi tidak menyadari air matanya telah menbanjiri pipinya. Sisi tidak menyangka bahwa Doni akan memberikan kejutan yang spesial untuk dirinya.
“Doni nggak bersalah ko. Sisi ngerti banget maksudnya Doni melakukan ini semua. Sisi malah berterima kasih sama Doni, sudah repot-repot menyiapkan kejutan ini semua. Sisi seneng banget diajak Doni keperkebunan strawberry dan sudah dibuatkan rumah pohon buatan Doni sendiri. Udah gitu perkebunannya milik Ayah Doni. Jadi Sisi kan bisa metik strawberry kesukaan Sisi secara gratis lagi….
He…he….he… .”
Melihat Sisi sangat senang dan tertawa, Doni juga ikut tertawa. Suasana yang tadinya serius dan kaku menjadi ceria dan tidak kaku.
“Terima kasih ya, Si sudah mau ngertiin Doni. Tetapi hati Doni masih mengganjal dan memberanikan diri untuk bertanya. Si, benarkan nggak marah sama Doni?”
Suasana tiba-tiba menjadi sunyi, belum juga Sisi menjawab pertanyaan Doni. Doni sudah menjawabnya.
“Tuhkan bener, Sisi pasti marah atas semua perbuatan Doni”, jawab Doni.
“Ih, serem deh…, ada orang yang tanya sendiri eh jawab sendiri juga! canda Sisi. Sisi nggak marah sama Doni!”, jawab Sisi.
“Terima kasih ya Si nggak marah sama Doni.”
“Udah ah, dari tadi Doni ngomongnya terima kasih melulu deh. Terus kapan Doni mau ngajak Sisi kmetik buah strawberry dan kerumah pohon buatan Doni?”
“Ya…ya…ya, Si!!! Ya udah yu Si, kita metik buah strawberry terus kerumah pohon!”
Mereka pun metik buah strawberry. Sisi kaget melihat kebun strawberry yang luas, banyak sekali strawberrynya dan uadaranya dingin. Maklum di Jakarta tidak ada perkebunan seperti ini. Adanya di Jakarta gedung-gedumg bertingkat dan udaranaya panas sekali…Sisi juga tidak pernah memetik langsung buah strawberry kesukaannya itu.
“Wow, banyak banget buah strawberrynya. Boleh nggak Sisi metik buah strawberrynya yang banyak dan kalau Sisi pulang ke Jakarta boleh nggak dibawa untuk oleh-oleh?”, tanya Sisi.
Doni tertawa melihat tingkah Sisi yang kegirangan seperti anak kecil yang mendapatkan hadiah. “Dengan senang hati Sisi. Sisi boleh petik buah strawberry sesuka hati Sisi. Tapi Sisi tidak boleh memetik sembarangan ya?”,
“Emang kenapa, Don?” tanya Sisi.
“Memetik buah strawberry itu ada tekniknya Si. Kita pilih buah strawberrynya yang sudah merah, lalu metik buah strawberry menggunakan gunting. Metik buah strawberrynya tidak boleh pas banget ujung batangnya. Kita harus beri jarak ±2cm pada ujung batangnya. Terus masukkan buah strawberrynya dikerajang dengan hati-hati. Kemuudian dimbang di kasir. Doni kasih contoh cara metik strawberry ya, Si.”
“Oh, begitu….. . Sisi coba metik ya.”
“ Kalau Sisi sudah puas metik buah strawberrynya, nanti taruh di kasir untuk ditimbang ya”.
“Ok Don!”
“Si, sini coba buah strawberrynya?”
“eeeeeehhhhhhmmmmmm……………., enak bnget Don! Ini baru buah strawberry yang fresh dari pohonnya langsung. Buah aslinya masih terasa banget.”
“Don, Sisi lanjutkan metik buah strawberrynya lagi ya?”
“Ya Sisi!”
Setelah mereka paus memetik buah strawberrynya, mereka kekasir untuk menimbang dan membungkus buah strawberrinya itu.
Selama perjalanan menuju kerumah pohon itu. Mereka sangat ceria dan mengobrol tentang kesukaan masing-masing.
Tiba-tiba ada ibu-ibu yang menyapa Doni. “Gadis disamping kang Doni itu pacarnya ya? Gelis pisan atuh…” canda ibu-ibu.
Doni tersenyum saja. Padahal di dalam hatinya Doni sangat senang sekali mendengar candaan dari seorang ibu-ibu.
Sisi malu dan tersipu-sipu mendengar perkataan ibu-ibu tadi.
“Mari bu, Doni pamit kepada ibu-ibu tadi.”
Sampailah mereka kerumah pohon buatan Doni.
“Bagus banget Don, rumah pohonnya?”
Dengan bangga Doni menjawab, “Ia dong sapa dulu yang buat, DONI! He…he…he… .”
“Uh, dasar baru di puji gitu saja udah langsung GR!”
“Ia dong, sapa sih yang nggak senang dan GR di puji sama cewe yang cantik, udah gitu yang mujinya Sisi yang Doni sayang dari dulu.”
“Apa? Sisi yang Doni Sayang dari dulu, maksudnya?” tanya Sisi penasaran.
“Nggak, Doni nggak ngomong apa-apa ko, Si”.
“Jujur, ya Don! Sisi dengar jelas tadi Doni bilang, Sisi yang Doni Sayang dari dulu.”
“Se……Sebenarnya Doni sudah suka sama Sisi sebelum Doni bertemu langsung sama Sisi. Setelah Ayahku banyak cerita tentang Ayah Sisi dan anaknya yang bernama Sisi. Doni sangat penasaran dan tertarik ingin mengenal lebih jauh lagi Sisi. Setelah Doni bertemu langsung Sisi, mengobrol, pas Sisi tanya terus Kita mau kemana, apa lagi pas metik buah strawberry. Ternyata benar semua yang dikatakan Ayahku, Sisi itu orangnya polos, baik, tingkahnya seperti anak kecil, dan cerewet lagi. He…he…he… canda Doni.
Untuk itu Doni ajak Sisi keperkebunan dan buat rumah pohon ini, Doni lakukan semuanya untuk cewe yang Doni cintai dan sayangi yaitu Sisi. Pas Sisi menangis dan terjatuh, Doni merasa bersalah dan cemas banget. Doni nggak mau cewe yang Doni sayang terluka. Maaf ya Si, Doni sudah tiba-tiba menyatakan rasa cinta kepada Sisi. Tapi Doni merasa lega sekali sudah menyampaikan ini semua kepada Sisi. Doni harap sisi tidak marah atas penyataan rasa cinta Doni ini. Tenang saja Sisi tidak perlu menjawab rasa cinta Doni. Doni nggak memaksa Sisi untuk menerima Doni menjadi pacar Sisi.”
Sisi terdiam, kaget dan suasana menjadi sunyi lagi.
“Udah anggap saja Doni tidak ngomong seperti itu, lupain saja ya Si?
Hari sudah sore, lebih baik kita pulang saja Si. Hati-hati turunnya, Si! Nanti jatuh lagi kaya tadi. He…he... canda Doni untuk mencairkan susana. “
Sisi tetap terdiam dan berfikir terus pernyataan rasa cinta Doni pada dirinya.
Doni menggendong Sisi sampai kerumahnya.
Sesampai dirumah Doni, keluarga Sisi maupun keluarga Doni kaget melihat Sisi yang digendong Doni. Ayah Doni menanyakan “Doni, Sisi kenapa digendong kaya gitu?”
“Tadi Sisi terjatuh dan kakinya terkilir, Yah. “
“Emangnya tadi Doni ajak Sisi kemana?”
“Doni ajak Sisi ke Perkebunan buah strawberry dan rumah pohon buatan Doni.”
“Pantesan saja Sisi terjatuh, Doni kan tahu jalan Perkebunan buah strawberry dan jalan rumah pohon licin karena tadi malam habis hujan. Ayah tidak menyuruh Doni Perkebunan buah strawberry dan jalan rumah pohon. Kenapa Doni ajak Sisi kesana?”
“Doni minta maaf ya, Ayah, Om, Tante sudah buat Sisi terluka? Doni tidak senggaja dan tidak ada maksud buat Sisi celaka.”
“Doni tidak bersalah Om. Sisi yang bersalah karena kurang hati-hati sisi jadi terjatuh. Kaki sisi juga sudah mendingan tadi sudah diurut sama Doni. ”
“ Udah Si, jangan belain Doni. Anak Om yang salah sudah mengajak Sisi kePerkebunan buah strawberry dan kerumah pohon. Maafin Doni ya, Si?”
“Sisi sudah memaafkan Doni.”
Ayah Sisi berkata, “Sudah Had, jangan terlalu keras terhadap anak dan perbesar masalah ini! Doni kan sudah minta maaf dan Sisi anakku juga salah karena kurang hati-hati.”
“Ya, sudah kalian lebih baik berstirahat karena sudah capek sekali jalan-jalan Perkebunan buah strawberry dan jalan rumah pohon.”, Om Hadi menyuruh.
Doni istirahat di kamarnya dan Sisi dipapah Ayahnya beristirahat di kamar yang telah disediakan.
Semalaman sisi tidak tidur karena memikirkan pernyataan cinta Doni pada dirinya. Begitu juga Doni, Doni terus-terusan merasa bersalah telah mengatakan pernyataan cinta dan membuat Sisi terluka.
Esok paginya, mereka sarapan bersama keluarga Doni dan keluarga Sisi.
“Si, Bagaimana kakinya ? “, tanya Om Hadi.
“Sudah mendingan dan tidak bengkak, Om”
Setelah sarapan orang tua mereka masing-masing berkunjung keperkebunan strawberry. Sementara Doni dan sisi istirahat dirumah.
Doni memanfaatkan waktu berdua untuk berbicara kepada Sisi. Doni mengajak Sisi mengobrol di saung belakang halaman rumah Doni.
“Si, maafin Doni? Doni tahu, Sisi masih marah karena Doni telah mengutarakan rasa cinta Doni kepada Sisi. Doni, mohon Sisi jangan marah lagi dan sikap Sisi jangan seperti ini?”
“Don, Sisi sudah berfikir semalam. Maafin sikap Sisi yang kemarin ya? Tidak seharusnya Sisi bersikap seperti kemarin. Semua orang berhak mencitai orang. Sisi tidak marah sama Doni. Sisi kemarin cuma kaget mendengar pengakuaan cinta Doni pada Sisi.
Sisi butuh waktu untuk menjawab pengakuaan cinta Doni.”
“Doni ngerti banget maksud Sisi. Doni tidak memaksa Sisi untuk menerima Doni jadi pacar Sisi. Kalu sisi sudah punya pacar diJakarta, Doni tidak apa-apa. Kita bisa jadi sahabat seperti Ayah kita sewaktu SMA.”
“Ma…….maafin Sisi ya Don, Sisi nggak bisa………..”
“Nggak apa-apa Si, Doni ngerti ko. Tapi kita masih bisa bersahabat kan, Si?”
“Ih……., Doni nggak ngerti-ngerti juga sih maksud Sisi!!!!”
“Kan sudah jelas, Sisi nggak bisa terima Doni jadi pacar Sisi kan? Ya, nggak apa Si, Doni nggak marah.”
“Buka, Don!!!! Maksud Sisi, Sisi nggak bisa nolak Doni untuk jadi cewenya Doni. Sisi juga sayang sama Doni sejak Doni nolong dan urutin kaki Sisi.”
“Si, nggak bercanda kan?”
“Ya, udah kalau tidak percaya dan nggak mau Sisi jadi cewe Doni.”
“Iya…….iya…….Doni percaya!!!! Doni sayang banget sama Sisi.”
“Tapi, rumah kita jauh loh. Apa kamu mau Si, berpacaran jarak jauh dan Sisi percaya sama Doni?”
“Ya, Sisi mau dan percaya sama Doni. Asal Doni jaga kepercayaan Sisi ya?”
“Ya, sayang Doni pasti jaga kepercayaan Sisi!!! Kalau perlu Doni nanti minta Ayah dan Ibu untuk langsung melamar Sisi.”
“Sisi kan belum masih kuliah. Nggak kaya Doni, enak sudah bekerja.Sisi mau membahagiakan kedua orang tua Sisi dulu. Doni mau kan bersabar dan menunggu sampai Sisi selesai kuliah?”
“Ya, deh Doni akan selalu menuggu Sisi.”
“Ah, Doni gombal”.
“Tuh kan Doni malah dibilang gombal sih? Doni serius sayangku Sisi.”
Tiba-tiba kedua orang tua mereka datang, mereka kaget melihat anak-anaknya lagi bercanda dan mesra sekali. Mereka menjelaskan dan meminta izin bahwa mereka telah resmi berpacaran. Kedu pihak keluarga sangat senga mendengar kabar baik tersebut.
“Ayah berkata, Si, kita akan pindah ke Bandung,”
“Kenapa kita pindah, Yah?”
“ Karena Ayah dipindahtugaskan kerjanya dari kantor Ayah.”
Mendengar berita itu Sisi dan Doni sangat senang sekali. Mereka tidak berpacaran jarak jauh. Kedua belah pihak telah memutuskkan untuk mentunangan Doni dengan Sisi seperti rencana kedua belah pihak keluaraga. Doni dan Sisi sangat senang sekali, bahwa cowo pilihannya direstuin oleh kedua orang tuanya. Bagi Sisi ini merupakan hadiah terindah disaat liburan. Terima kasih Ya ALLAH SWT telah memberikan semua ini untuk Sisi.